Search This Blog

> Belajar Matematika dan Sains Menyenangkan

Tuesday, September 2, 2025

Naik-naik ke Puncak Gunung Merbabu

 


Hari Sabtu lalu, Koko dan Cici naik Gunung Merbabu. Mereka berdua sangat antusias. Memang sudah sejak lama ingin sekali mendaki Gunung Merbabu. Karena diperkirakan pada hari itu cuaca memungkinkan, dan ada pendamping yang mengenal medan, maka Ayah dan Ibu mengizinkan.

Persiapan untuk naik Merbabu sudah dilakukan sejak lama. Pertama, latihan fisik supaya kuat berjalan jauh dan menanjak, karena menghadapi medan gunung tidak semudah berjalan-jalan di pedesaan atau perkotaan. Selanjutnya, latihan membawa beban, karena setidaknya harus bisa membawa sendiri barang-barang pribadi untuk keperluan di gunung. Lalu ada latihan pertolongan pertama, bagaimana jika mengalami hipotermia, atau terluka, atau jatuh, atau kelelahan, dan pertolongan pertama lainnya. Selain dari latihan-latihan tersebut, yang harus selalu diperhatikan adalah untuk tidak meninggalkan rombongan atau meninggalkan kawannya jika ada yang sakit. Harus bisa saling menjaga dan saling bertanggung jawab.

Sehari sebelum pemberangkatan, Koko dan Cici mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Berdua mereka membuat daftar bawaan supaya tidak ada yang terlupa. Dari mulai baju ganti, baju hangat, senter, obat pribadi, air, logistik, kantong tidur, matras, tenda, dan barang tambahan lain yang sekiranya dibutuhkan di atas gunung.

Koko akan membawa ransel gunung atau carrier dengan kapasitas 60 liter, sedangkan Cici akan membawa carrier dengan kapasitas 50 liter. Setelah menata rapi barang bawaan di dalam carrier, ternyata berat keseluruhan ransel yang akan dibawa Koko adalah 15 kg, sedangkan ransel yang dibawa Cici beratnya 10 kg. Karena beberapa waktu lalu sudah menyiapkan diri untuk membawa beban yang cukup berat, Koko dan Cici yakin bisa membawa carrier dengan berat tersebut sampai ke atas.

***

Hari mendaki pun tiba.

“Aduh, aku nggak kuat. Mataku berkunang-kunang, perutku mual,” kata Mimi

“Ini ada coklat dan roti. Kita istirahat sebentar sambil mengisi tenaga,” kata Cici sambil memberikan coklat kepada Mimi.

Mimi menolak, “Aku malas makan. Perutku tidak enak,” katanya.

“Tapi kamu harus makan. Kalau tidak, nanti tidak ada tenaga untuk melanjutkan perjalanan,” sahut Cici.

Akhirnya Mimi mau makan meski hanya sedikit.

“Bagaimana, Mi? Apa kamu kuat untuk melanjutkan perjalanan, atau mau membuat tenda di sini saja?” tanya Cici.

“Aku mau berjalan sampai ke puncak,” kata Mimi setelah tenaganya mulai pulih.

“Bagaimana kalau kubawakan ranselmu?” Ternyata Koko yang bertugas sebagai sweeper atau penyapu rombongan sudah ada di belakang Cici dan Mimi.

“Oh, tentu saja itu sangat membantu, tapi apakah kamu tidak keberatan?” tanya Mimi.

Koko berpikir sebentar, mengangkat carrier Mimi, menimbang-nimbang, lalu berkata, ”Dengan tambahan beban ini, kurasa aku masih mampu. Lagipula kita sudah hampir sampai, kalau nanti capek, aku akan istirahat sebentar,” jawab Koko.

“Baiklah. Terima kasih banyak, Ko,” sahut Mimi.

Koko lalu menyusun carrier Mimi di atas carrier miliknya sendiri, supaya mudah dibawa. Tepat sebelum mulai berjalan, Koko melihat Cici cukup kerepotan membawa satu tas kecil sambil menggandeng Mimi.

“Tas kecilmu perlu kubawakan juga? Kalau diletakkan di depan dada sepertinya tidak terlalu mengganggu,” tanya Koko menawarkan bantuan.

Cici memberikan tas kecilnya, lalu melihat Koko membawa semua bawaannya, “Wah, kamu kuat? Jadi, berapa beban yang kamu bawa?”



Dua carrier di pundaknya dan satu tas di dadanya. “Berat juga, tapi kurasa masih bisa. Ranselku beratnya kira-kira 15 kg, ransel Mimi kira-kira 10 kg, sedangkan tas kecil ini mungkin sekitar 1 kg. Jadi berat total beban yang aku bawa kira-kira 15 + 10 + 1 = 26 kg.” Koko menghitung sambil bersiap untuk melanjutkan perjalanan. “Hehe… berat juga. Tapi yakin bisa, yok semangat buat naik sampai ke tempat mendirikan tenda. Nanti sampai di sana kita segera makan dan beristirahat,” sahut Koko sambil mengepalkan kedua tangannya.

Merasa sudah cukup beristirahat, segera mereka melanjutkan perjalanan lagi. Tak jauh di depan mereka, rombongan yang sudah lebih dahulu berjalan mulai menyoraki untuk memberi semangat.

Ayo semangat naik-naik ke puncak gunung… ^^




No comments:

Post a Comment

Merry Christine Rumainum: Ruang Bermain dan Belajar Untuk Anak-Anak Papua

    Saya salah satu ibu yang beruntung, karena berhasil melewati fase belajar membaca anak-anak tanpa ada kendala yang berarti. Bukan bera...