Search This Blog

> Belajar Matematika dan Sains Menyenangkan

Monday, March 11, 2024

Berkemah Seru dan Kesebangunan

 


Bis yang ditumpangi siswa-siswi kelas enam SD Tegalrejo berhenti di Bumi Perkemahan Mandala. Anak-anak berebutan keluar, ingin segera menikmati pemandangan alam.

Ara, Beta, dan Caca sangat antusias dengan kegiatan berkemah kali ini. Selain untuk memenuhi syarat untuk jadi pramuka penggalang, berkemah kali ini juga sekaligus perpisahan mereka yang sebentar lagi lulus SD.

“Wah, berkemah sangat menyenangkan, ya!” kata Ara.

“Iya, betul! Menikmati udara sejuk, jauh dari perkotaan. Selain itu bisa semakin akrab dengan teman-teman,” timpal Beta.

Setelah menuju tempat yang telah ditentukan, Ara, Beta dan Caca segera membongkar barang, lalu bersiap mendirikan tenda. Bertiga mereka, satu regu, bersama dengan tujuh anak lainnya. Cara membuat tenda sudah dipelajari ketika kegiatan pramuka di sekolah, maka dengan gesit mereka segera mengerjakannya.

Selesai membereskan tenda dan menata barang, selain anak-anak yang tinggal untuk memasak, yang lainnya bertugas untuk mencari kayu bakar dan air, di tepi hutan. Termasuk Ara, Beta dan Caca.

“Udara di sini bersih sekali,” kata Ara sambil menghirup nafas dalam-dalam.

“Suasananya juga tenang dan sejuk!” sahut Caca.

“Eh, lihat! Ada pohon cemara. Kira-kira berapa tingginya, ya?” Tiba-tiba Beta bertanya.

“Kok aku jadi ingat yang diajarkan Bu Amel, tentang kesebangunan. Bisa nggak ya, kita gunakan teori matematika untuk mengukur tinggi pohon ini?” kata Caca.

“Oiya, betul! Dengan bantuan satu tongkat, kita bisa coba mengukur tingginya,” kata Ara.

“Besok, waktu kegiatan bebas, kita coba hitung, yuk! Aku jadi penasaran, nih!” ajak Beta yang disambut anggukan Ara dan Caca.

Acara hari itu berjalan lancar. Dari mulai kuis tentang kepramukaan, pentas bakat, api unggun, semuanya seru sekali. Acara sebelum tidur juga asyik. Setiap anak sharing impian masing-masing, sehingga mereka bisa saling berbagi dan memberi saran. Semuanya sangat akrab.

Pagi tiba. Setelah berolah raga dan sarapan pagi, Kakak Pembina memberikan waktu bebas selama dua jam untuk menjelajah sekitar. Tidak boleh jauh-jauh dan sendirian. Masing-masing kelompok setidaknya harus ada tiga orang.

Ara, Beta dan Caca memanfaatkan kesempatan ini seperti yang sudah mereka rencanakan kemarin. Bertiga mereka ingin mencoba mempraktekkan teori matematika yang sudah didapat di sekolah untuk menghitung tinggi pohon cemara.

Di depan pohon cemara yang akan diukur, mereka mempersiapkan beberapa peralatan. Tongkat pramuka sisa yang tidak dipakai untuk mendirikan tenda, meteran, kertas, dan pena.

Ara menancapkan tongkat tak jauh dari pohon cemara. Lalu sebuah batu diletakkan tak jauh di belakang tongkat, sejajar dengan tongkat dan pohon cemara.

“Selanjutnya apa?” tanya Caca.

“Kita ukur jarak dari batu ke tongkat, lalu ke pohon,” sahut Beta sambil menarik meteran yang dibawanya. “Nanti mungkin kurang tepat hasilnya, karena kita hanya pakai alat seadanya. Tapi seru juga mencoba menghitung dengan mempraktekkan apa yang sudah kita dapat di sekolah.”

Berdua Ara dan Caca mengangguk setuju. Sama antusiasnya dengan Beta.

“Jarak batu ke tongkat 200 cm. Jarak tongkat ke pohon 300 cm. Sedangkan panjang tongkat pramuka 150 cm. Kalau digambar jadi seperti ini,” kata Caca sambil menunjukkan gambarnya.

 


“Kondisi ini disebut sebangun karena sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan panjang sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama,” jelas Beta. “Nah, kita sudah tahu panjang tongkat dan jarak antara batu, tongkat dan pohon. Karena itu, kita akan bisa menghitung tinggi pohon.”

“Yak, betul. Sekarang tinggal kita hitung dengan rumus perbandingan,” sahut Ara mulai mencorat-coret di kertas.

 


“Wah, bisa begitu ya. Seru sekali yang kalian lakukan!” Tiba-tiba Kakak Pembina sudah berdiri di belakang Ara, Beta dan Caca. “Lalu berapa tinggi pohon cemaranya?”

“Tiga ratus tujuh puluh lima sentimeter, Kak!” kata Ara, Beta dan Caca serempak.

“Wah, kompak!” sahut Kakak Pembina sambil tertawa. “Tapi waktu istirahat sudah habis. Ayo kalian harus segera kembali ke tenda untuk berkemas pulang.”

“Siap, Kak!” sahut Ara, Beta dan Caca riang.

 

**Selesai**


Friday, February 9, 2024

7 Langkah Mudah Membuat Yoghurt Rumahan Sendiri

 


Siapa yang tidak tahu yoghurt?

Yoghurt, berasal dari bahasa Turki, yoğurt (dieja yogurt) adalah produk hasil olahan susu yang dibuat melalui proses fermentasi bakteri. Bakteri tersebut dikontrol dalam temperatur tertentu yang disesuaikan dengan suhu optimum pertumbuhannya. Bakteri akan mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat yang memproses protein susu sehingga menghasilkan gumpalan dengan tekstur seperti gel dan aroma khas yoghurt.

Bahan dasar pembuatan yoghurt adalah susu sapi segar, susu kambing atau susu domba. Tapi dalam perkembangannya, yoghurt rumahan bisa juga dibuat dari susu UHT.

Yoghurt mengandung vitamin B, mineral, protein, dan lemak. Berikut beberapa manfaat yoghurt untuk tubuh :

1.   Mengatur saluran pencernaan.

2.  Membantu meningkatkan pertumbuhan tubuh.

3.  Membantu mengobati lambung dan usus yang terluka.

4.  Membantu meredakan diare.

5.  Memperlambat pertumbuhan sel kanker.

6.  Membantu menurunkan berat badan dengan pola makan yang disesuaikan.


Dengan banyaknya manfaat yoghurt,  ada baiknya jika kita bisa membuat yoghurt sendiri di rumah.

Bahan dan perlengkapan yang harus dipersiapkan untuk membuat yoghurt rumahan :

1.   Susu sapi segar 1 liter.

2.  Bibit yoghurt untuk susu 1 liter, bisa dibeli di toko bahan kue atau marketplace.

3.  Panci untuk memasak susu.

4.  Termometer untuk mengukur suhu saat memanaskan susu.

5.  Wadah tertutup yang bersih dan sudah disteril dengan air panas.

6.  Yoghurt maker, bisa didapatkan dengan harga yang bervariasi.


Berikut 7 langkah mudah untuk membuat yoghurt :

1.  Panaskan 1 liter susu segar dengan api kecil hingga suhu 85 - 90°C sambil diaduk kurang lebih 30 menit. Jangan biarkan susu mendidih supaya protein susu tidak rusak. Jika menggunakan susu UHT, cukup dipanaskan kurang lebih 15 menit saja.

2. Angkat susu dan dinginkan hingga suhu 40 – 43°C. Lakukan pendinginan dalam wadah tertutup.

3. Setelah suhu mencapai 40 -43°C, masukkan bibit yoghurt, aduk rata sampai tidak ada gumpalan.

4. Pindahkan susu yang sudah mengandung bibit yoghurt ke dalam yoghurt maker, nyalakan, dan biarkan kurang lebih 8 jam.

5.  Setelah 8 jam, cicipi apakah tingkat keasaman dan kekentalannya sudah sesuai yang diinginkan. Jika belum, lanjutkan fermentasi selama 2 – 3 jam.

6.  Jika sudah sesuai selera, pindahkan yoghurt ke dalam wadah tertutup. Diamkan selama 6 jam di dalam kulkas untuk mendapatkan tekstur yang lebih kental dan padat.

7.   Yoghurt siap dinikmati.

 

Nah, untuk membuat yoghurt sendiri di rumah tidak sulit, bukan?

Setelah dipanen, kita bisa menikmatinya dengan menambahkan buah, madu, sirup pada yoghurt. Atau kita bisa membuat makanan dari olahan yoghurt lainnya sesuai selera.

Selamat mencoba.. ^^

 


Catatan penting:

  • ·  Biasakan menggunakan semua peralatan dalam keadaan bersih dan steril, untuk  menghindari atau mengurangi kemungkinan kegagalan membuat yoghurt.
  • ·   Bakteri dalam proses pembuatan yoghurt hanya dapat tumbuh pada suhu 37 - 43°C. Hindari menambahkan bibit yoghurt saat susu masih terlalu panas, atau sudah dingin.
  • ·    Yoghurt tahan di dalam kulkas kurang lebih 10 hari. Menurut beberapa sumber, rasa yang paling enak didapatkan ketika yoghurt berusia 3 hari.

Monday, January 29, 2024

Toko Kukis Bibi Estella

 

Bibi Estella suka sekali membuat kue, terutama kukis. Setiap ada kegiatan di Desa Merona, pasti dia membawa berbagai macam kukis. Kukis buatan Bibi Estella sangat disukai.

“Bibi Estella, kenapa tidak berjualan kukis? Kalau tidak ada acara seperti ini, kami jadi tidak bisa makan kukis buatan Bibi,” kata Ola, ketika sedang membantu Bibi Estella menata kukis di acara Kumpul Warga.

“Iya, Bi. Kukis Bibi enak sekali. Kalau Bibi Estella membuka toko kukis, pasti akan laris manis,” sahut Rara.

Bibi Estella yang sedang menata kukis buatannya jadi merona. “Apakah benar enak?” tanyanya. “Sebetulnya Bibi pernah terpikir untuk menjualnya, tapi kurang percaya diri.”

“Ah, Bibi terlalu merendah. Ini enak sekali, Bi! Ayo mulai besok Bibi Estella harus mulai membuka pesanan kukis, ya. Saya daftar pertama,” Ola memberi semangat pada Bibi Estella.

“Baiklah, nanti Bibi pikirkan dulu,” kata Bibi Estella. Dan tentu saja disambut hangat oleh teman-teman kecilnya.

 

***

 

“Selamat Sore, Bibi Estella. Ini ada surat undangan dari Ibu,” sapa Astra di pintu dapur Bibi Estella.

Tapi kelihatannya Bibi Estella sedang melamun, tidak mendengar sapaan Astra. “Selamat Sore, Bi!” Astra memanggil dengan suara lebih keras.

“Oh, Astra. Maafkan, Bibi melamun. Ada apa?” tanya Bibi Estella terkejut.

“Saya mengantarkan undangan dari Ibu. Untuk pertemuan besok. Dan Ibu bertanya, apakah Bibi bisa datang lebih awal untuk membantu Ibu?”

“Oh, tentu saja bisa. Kebetulan besok Bibi tidak ada kegiatan apa-apa,” sahut Bibi Estella.

“Baiklah, Bi. Terima kasih sebelumnya. Kalau begitu saya pamit dulu,” kata Astra yang disambut anggukan Bibi Estella. Astra yang sudah membalikkan badan, tiba-tiba kembali lagi, “O iya, kok tumben sore-sore begini Bibi melamun?”

“Ini, Ola dan Rara menyarankan Bibi untuk menjual kukis-kukis buatan Bibi. Tapi Bibi bingung menentukan harga kukis untuk dijual. Apa kamu bisa bantu Bibi untuk menghitung?” tanya Bibi Estella.

“Oh, tentu, Bi. Saya coba bantu, ya. Semoga masih ingat yang diajarkan Pak Ridwan,” kata Astra. “Pertama, Bibi harus menentukan dulu modal untuk membuat satu resep kukis. Apakah ingat harga bahan-bahannya, Bi?”

Bibi Estella mengambil selembar kertas, lalu mulai menuliskan bahan-bahan kukis beserta harganya. “Ini! Untuk satu resep total belanja delapan puluh ribu rupiah,” kata Bibi Estella sambil menunjukkan hasil hitungannya.

“Lalu, untuk satu resep ini, Bibi rencananya akan mengambil keuntungan berapa persen?” tanya Astra lagi.

“Dua puluh persen.”

“Oke, jadi keuntungan yang akan diperoleh Bibi jika kukis dari satu resep terjual habis adalah

20/100 x 80.000 = 16.000,

enam belas ribu rupiah,” jelas Astra. “Lalu untuk satu resep bisa jadi berapa kukis?”

Bibi Estella berpikir sebentar. “Satu resep jadi tiga puluh dua kukis.”


“Total modal dan keuntungan adalah

80.000 + 16. 000 = 96.000.

Jadi harga jual untuk satu kukis adalah

96.000 : 32 = 3.000,

tiga ribu rupiah.”

“Oh, begitu ya cara menghitungnya. Wah, terima kasih ya, Astra. Besok Bibi bawakan kamu setoples kukis,” kata Bibi Estella senang.

“Hehe, senang bisa membantu, Bi. Tapi lebih senang lagi makan kukis buatan Bibi yang enak,” sahut Astra bergurau. “Kalau begitu saya pamit dulu ya, Bi. Masih harus menghantarkan beberapa undangan ini.”

Bibi Estella mengantar Astra sampai ke depan pintu. Di kepalanya sudah terbayang sebuah papan nama yang akan dipasang di atas pintu rumahnya. “TOKO KUKIS BIBI ESTELLA”.


***Selesai***

Monday, May 23, 2022

Biografi Rasa Cerpen, Supaya Tidak Gampang Bosan dan Malas Membaca Buku Biografi

Saya malas membaca buku biografi. Ada yang sama?

Menurut saya, buku biografi tokoh-tokoh ternama, baik yang di Indonesia maupun tokoh dunia, isinya membosankan. Awalnya menuturkan tempat dan tanggal lahirnya, lalu kegiatan sehari-hari dan lingkungan sekitar termasuk keluarga dan kawan-kawannya. Selanjutnya proses perjuangannya sampai Sang Tokoh mencapai tujuannya. Ada beberapa scene yang dilebih-lebihkan supaya seolah-olah kita bisa mengambilnya menjadi bahan pelajaran kehidupan. Dan kesemuanya itu kebanyakan, KEBANYAKAN, diceritakan dengan format textbook yang seringnya membuat saya memilih buat menutup buku, alih-alih melanjutkan sampai selesai. Ada yang sama?

Sebetulnya, buat apa sih membaca buku biografi tokoh? Meskipun misal tidak pun tidak apa-apa, kan?

Terkadang, hanya demi memuaskan rasa penasaran saja, siapa sih sebenarnya Marie Curie? Apa sih yang sudah dilakukan Benjamin Franklin? Mengapa Kartini begitu berjasa? Dan ternyata, ketika kita klik dengan tokoh yang kita ingin tahu dan ternyata betul-betul bisa mendapat pelajaran baik dari proses kehidupannya, rasanya luar biasa dong, ya..

Nah, sekarang tinggal bagaimana kita berusaha menumbuhkan rasa cinta membaca buku biografi, sekaligus peristiwa penting yang terjadi, sejak dini.

Mengapa sejak dini? Ini saya tujukan buat saya pribadi ketika membersamai anak-anak untuk belajar tentang tokoh dan peristiwa penting dunia. Demi memuaskan dan memelihara rasa ingin tahu mereka (sejak dini). Apalagi ketika bertanya tentang siapa ini dan siapa itu, mengapa begini dan mengapa begitu.

 


Memilih Buku yang Baik, Bermutu, Menarik dan Mudah Dicerna

Ketika memilih buku bacaan, ini yang saya jadikan pegangan. Yang baik dan bermutu yang bagaimana? Tentu saja yang isinya mengandung nilai-nilai yang bisa membuat kita sebagai pembaca-individu-bertumbuh ke arah yang lebih baik. Nilai-nilai ini pun tiap orang punya porsi yang berbeda-beda. Baik buat saya, belum tentu baik buat yang lain, kan? Begitu sebaliknya.

Buku yang menarik dan mudah dicerna yang bagaimana? Tentu saja ejaan dan susunan katanya tidak (banyak yang) salah. Tidak enak dong membaca kata-kata atau kalimat yang banyak salahnya, belum lagi kalau punya makna yang berbeda. Lalu, cerita atau kisah yang disajikan runut atau terpola. Menggunakan bahasa yang enak diikuti dan mungkin sedikit bumbu untuk mengundang rasa penasaran pembacanya.

 


Saya menemukan buku-buku biografi ini dari rekomendasi banyak kawan. Sebagian besar dari Penerbit Djambatan dan BPK Gunung Mulia, terbitan (sangat) lawas. Awalnya saya berikan ke anak saya yang sangat pemilih ketika membaca buku. Saya bilang, “Coba dulu, satu bab sehari juga nggak apa.” Ternyata, dalam waktu tidak sampai seminggu, 15 buku biografi tokoh sudah selesai dibacanya.

Penasaran, saya pun ikut membaca.

Ternyata buku yang tidak terlalu tebal, tapi isinya cukup memberikan informasi penting tentang kehidupan Sang Tokoh tersebut, bisa diceritakan dengan nada yang menyerupai cerita pendek. Tidak gampang bosan. Apalagi ada cuplikan-cuplikan ilustrasi yang menarik sehingga saya yang sudah bukan anak-anak pun dalam waktu singkat bisa menyelesaikan satu buku tentang satu tokoh.

Lalu, apakah harus buku-buku seperti di atas, supaya membaca biografi jadi terasa menarik? Jangan salah... semakin ke sini, semakin banyak bermunculan penulis keren, semakin banyak juga penerbit-penerbit yang punya kompetensi tinggi untuk menerbitkan buku-buku bermutu. Tentu saja sudah banyak dan akan makin banyak buku biografi yang menarik untuk dikoleksi. Ya, kan?

Sekarang kembali ke pertanyaan, apakah membaca biografi masih membosankan?

Tergantung bukunya...😁

 

Nah, kapan-kapan…

Akan saya ceritakan beberapa tokoh penting matematika dan sains.

Tapi kapan-kapan, ya…🙈

Sunday, February 6, 2022

Menghitung Banyak Orang yang Dibutuhkan dengan Perbandingan Senilai

-Perbandingan Senilai adalah perbandingan dua besaran yang apabila nilai satu variabel meningkat, maka nilai variabel yang lain juga meningkat.-

 

“El, Mama dapat tugas untuk mempercantik blog komunitas, nih. Bikinnya pakai aplikasi apa?” tanya Mama yang memang agak gagap teknologi. Maklum sudah tua susah mengikuti perkembangan zaman.

Ella mendekati Mama, lalu duduk di sampingnya sambil membuka gadget. “Ini, nih Ma, yang sekarang banyak dipakai. Cara mempercantik blog menggunakan Canva. Gampang dan cepat,” sahut Ella sambil menunjukkan aplikasinya. “Aku juga pake aplikasi ini buat desain undangan pop-up untuk pameran di sekolah, lho.”

Ella mengajari Mama sebentar, lalu bisa deh utak-atik sendiri.

“Wah, ternyata gampang, ya! Dan asyik juga bisa membuat macam-macam menggunakan aplikasi ini,” sahut Mama sambil mengagumi hasil karyanya sendiri. “Oiya, kemarin kamu bikin undangan berenam dengan temanmu, dalam satu hari jadi berapa buah?” tanya Mama.

                                                                            Ilustrasi pernah dipakai di web Rumpun Aksara

 

“Kemarin dikerjakan enam orang, sehari jadi dua puluh empat undangan, Ma,” jawab Ella.

“Padahal butuh berapa undangan untuk pameran nanti?’ tanya Mama lagi.

“Acaranya lusa, waktu mengerjakannya tinggal besok. Masih butuh empat puluh delapan undangan lagi,” sahut Ella.

“Wah, harus menambah bala bantuan dong, ya! Kira-kira berapa orang bisa selesai mengerjakan empat puluh delapan undangan?” Mama mengernyitkan dahinya, serius menghitung.

“Nah, ini nih, Ma. Kita bisa menghitungnya pakai Perbandingan Senilai,” kata Ella.

“Perbandingan apa?” Mama makin bingung.

“Perbandingan Senilai,” jawab Ella. ”Ada yang namanya Perbandingan Berbalik Nilai, ada juga Perbandingan Senilai. Perbandingan Senilai adalah perbandingan dua besaran yang apabila nilai satu variabel meningkat, maka nilai variabel yang lain juga meningkat.“ jelas Ella.

“Contohnya, ya ini. Perbandingan banyaknya orang yang mengerjakan dengan undangan yang akan dibuat. Semakin banyak orang yang mengerjakan, maka undangan yang dihasilkan akan makin banyak. Di kasus orang versus undangan, begini perhitungannya:

6 orang ➞ 24 undangan

n orang 48 undangan

Menghitungnya tinggal dikali silang aja, Ma.

6 x 48     = n x 24

288        = n x 24

n            = 288/24

n            = 12 orang

Jadi untuk membuat empat puluh delapan undangan, dibutuhkan dua belas orang yang mengerjakan.”


 

“Wah, praktis juga ya, kalau bisa dihitung seperti itu. Jadi bisa langsung memperkirakan banyak orang yang dibutuhkan untuk mengerjakan sesuatu,” kata Mama.

“Iya betul, Ma! Perhitungan perbandingan senilai ini juga bisa diaplikasikan untuk perhitungan semacam ini:

1.    Perbandingan antara jumlah barang dan harga barang.

2.    Perbandingan antara jarak tempuh kendaraan dengan waktu tempuhnya.

3.    Perbandingan antara jumlah pekerja dengan upah yang harus dibayarkan.

4.    Perbandingan antara bahan pembuat makanan dengan jumlah makanan yang dihasilkan.

Dan masih banyak perbandingan senilai lainnya,” jelas Ella.

“Untuk koki, atau ibu-ibu ketika mau membuat kue atau masakan. Tinggal hitung berapa resep yang mau dibuat kalau mau bikin jumlah kue atau masakan sekian banyak. Betul, kan?” timpal Mama ikut memberi contoh soal perbandingan senilai.

“Yak, betul sekali, Ma!” Ella mengangkat dua ibu jarinya ke arah Mama. “Nah, karena sekarang Mama sudah bisa mengutak-atik Canva sendiri, dan sebagai bonus bisa menghitung perbandingan senilai, aku mau lanjut membuat undangan lagi, ya. Sekalian mau cari bala bantuan dua belas orang itu tadi, supaya undangan selesai tepat waktu untuk acara lusa.”

“Oke, sayang. Thank you, ya!” sahut Mama sambil mengecup lembut pipi Ella.

 

***SELESAI**

 

Berkemah Seru dan Kesebangunan

  Bis yang ditumpangi siswa-siswi kelas enam SD Tegalrejo berhenti di Bumi Perkemahan Mandala. Anak-anak berebutan keluar, ingin segera meni...