Ipang dan Bapa-Ibunya sedang berlibur ke rumah Kakek Theo, di Salatiga. Dia sangat senang bisa berkumpul bersama keluarga besarnya untuk merayakan ulang tahun Kakek Theo yang hampir bersamaan dengan hari Natal.
Sore itu, Ipang dan kedua sepupunya, Marin dan Edo, sedang menghias sebuah pohon cemara kecil di depan rumah Kakek Theo. Suli, adik Marin menghampiri mereka, kemudian menyerahkan sebuah kotak kardus.
“Ini lampu-lampunya, Kak. Dipasang juga ya, supaya pohonnya terang,” kata Suli.
“Oke siap!” Ipang menerima kotak yang berisi tiga rangkaian lampu yang berwarna-warni.
“Cek dulu lampunya, Pang! Sudah lama tidak dipakai, mungkin ada yang mati,” kata Paman Uki dari dalam rumah.
Ipang bergegas membawa rangkaian lampu itu untuk dinyalakan.
Rangkaian pertama, cek, oke, menyala semua.
Rangkaian kedua, cek, oke, menyala semua juga.
Rangkaian ketiga, cek, sip, tidak ada yang mati.
Ipang segera membawa kotak lampu keluar lagi untuk dipasang melingkar-lingkar sebagai hiasan pohon cemara.
Pohon Terang, begitu Suli menyebutnya, karena lampu-lampu yang menghiasi pohon cemara itu menerangi kegelapan di sekitarnya.
Matahari sudah meredup, semua berkumpul di teras rumah Kakek Theo sambil bercengkerama, ketika Paman Uki berkata pada Ipang, Marin, dan Edo, “Kalian tahu tak, kalau tiga rangkaian lampu yang kita pasang itu, waktu nyalanya berbeda-beda?”
Semua mendengarkan.
“Tapi, ada saat ketika ketiganya menyala bersamaan,” lanjut Paman Uki. “Ada yang tahu kapan ketiga rangkaian menyala bersamaan?”
“Mmmm… sebentar, sepertinya aku tahu! Semester lalu aku belajar tentang itu, tapi…,” Ipang berpikir sebentar, lalu melanjutkan, “aku lupa karena sempat ketiduran di kelas.”
Sontak semua meneriaki Ipang, “Huuuuu…”
“Aku tahu!” ganti Edo berteriak. “Kita bisa menghitungnya dengan KPK.”
“Oiya, betul!” sahut Ipang.
“Bagaimana caranya?” ganti Marin bertanya.
Paman Uki mengambil selembar kertas dan pensil, lalu mulai membuat coretan-coretan sambil menjelaskan.
“Pertama-tama, cek dulu waktu nyala masing-masing lampu.
- Lampu 1 menyala tiap 6 detik.
- Lampu 2 menyala tiap 10 detik.
- Lampu 3 menyala tiap 15 detik.
Setelah itu, cari masing-masing faktor primanya. Faktor prima adalah faktor-faktor suatu bilangan yang merupakan bilangan prima. Untuk tiga bilangan itu, ini faktor primanya:
- 6 = 2 x 3
- 10 = 2 x 5
- 15 = 3 x 5
Kalau sudah ketemu, baru cari KPK-nya. Ada yang ingat apa itu KPK?”
“Kelipatan Persekutuan Terkecil,” jawab Edo.
“Betul sekali, Edo! Selain KPK ada juga saudaranya, FPB, Faktor Persekutuan Terbesar. Tapi tak kita pakai hari ini, ” tukas Paman Uki sambil mengerlingkan mata kanannya. “Nah, ini dia cara untuk mendapatkan KPK: dari faktor prima tiga bilangan tersebut, diambil semua nilai yang berlainan, masing-masing satu, dan pangkatnya paling kecil. Setelah itu dikalikan. Coba, hasilnya berapa, Pang?” tanya Paman Uki.
“Jadi KPK-nya 2 x 3 x 5 = 30,” jawab Ipang.
“Seratus buat Ipang!” seru Paman Uki sambil mengacungkan ibu jarinya. “Jadi lampu akan menyala secara bersamaan setiap 30 detik sekali. Yuk, sekarang kita coba amati bersama!”
Ipang, Marin dan Edo mengamati sambil menghitung waktunya. “28, 29, 30… Nyala!” seru mereka bertiga bersamaan.
Dan ketiga rangkaian lampu itu menyala bersamaan. Terang sekali.
“Wah, keren. Jadi yang begini pun bisa kita ketahui dari hitung-hitungan, ya! Aku jadi mengerti sekarang kapan KPK digunakan untuk soal cerita di sekolah,” kata Ipang sambil tersenyum.
“Makanya, kalau sekolah jangan ketiduran melulu!” sahut Edo yang disambut gelak tawa keluarga besar Ipang.
***SELESAI***
Untuk semua yang hari ini merayakan Natal, Merry Christmas, ya…
Cerita seru sm anak dengan ide KPK. Hmmm kayaknya perlu dicontoh nih klo kita ngajarin anak2 berhitung pasti bikin bt klo g punya pendekatan yang baik y mba. Trims y mba
ReplyDeleteKalo sambil cerita atau bermain, seringnya anak-anak lebih tertarik, Mbak. Terus, emaknya juga nggak teriak-teriak.. ups..
Deletewhoaaa,...mba octa, keren ih, selalu punya suguhan menarik tentang ilmu matematika, kali ini tentang KPK, anak saya harus rajin tandang ke sini nih...
ReplyDeleteMangga, Mbak.. pengennya anak-anak juga bisa menikmati sambil menyerap ilmunya.. :)
DeleteSenang tiap baca tulisannya mbak octa. Matematika disajikan dgn cerita jadi menarik.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteMakasi, Mbak. :)
ReplyDeleteKalau belajar dengan cara bercerita seperti ini, Matematika tidak lagi menjadi momok untuk anak-anak ya? Keren, Mbak...
ReplyDeleteIya, Mbak. Pengennya matematika itu bukan jadi pelajaran menyeramkan.
DeleteSaya pun dari dulu ga ngerti bagaimana aplikasi materi KPK ini.. keren Mba, materi matematikanya bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.. 🙏
ReplyDeleteIya, Mbak.. Lihat-lihat sekeliling banyak juga aplikasi matematika bertebaran..
Deletemasha allah ya kak, aku pikir ini tadi cerita anak. semakin kebawah ada nilai edukasinya ya. belajar jadi menyenangkan
ReplyDeleteYay.. Semoga jadi tertarik dan memahami hitung-hitungannya juga, Mbak.
Deletemenarik mbak octa ceritanya, belajar dengan cara menyenangkan jadinya, ceritanya mengalir mbak, suka deh
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak Dyah.. 🙏🏽
Deletemenarik kak, bisa jadi alternatif belajar berhitung yang menyenangkan
ReplyDeleteIya, Mbak. Biar kesannya nggak rumus dan hitungan melulu..
Deletewah wah wah.... menarik dan keren sekali ini kak... jadi bisa untuk belajar matematika sambil bercerita secara menyenangkan yaaa.... ditunggu tulisan tulisan lanjutannya tentang tema matematika yang lain ya kak....
ReplyDeleteSiap, Kak. Makasiii..
DeleteSeru ini, Mba. Saya jadi kepikiran satu ide cerita nih. Nggak apa saya modifikasi idenya, ya, Mba 😃 Selalu suka dengan blogpost Mba yang unik.
ReplyDeleteSilahkan.. Boleh banget, Mbak Nia..
DeleteWah...mbak octa emang selalu keren, klo gini nih belajar matematika jadi menyenangkan ya karena di modif dengan cerita, seru mbak. makasih mbak octa...
ReplyDeleteTerima kasih kembali, Mbak.
ReplyDeleteHal yang berat jadi terasa begitu ringan jika bisa mengemas dengan baik. Seperti pelajaran matematika yang banyak dihindari, jadi bisa dicintai dengan cara ini
ReplyDeleteIya, Kak. Semoga matematika bukan lagi momok yang menakutkan.
DeleteBelajar dalam cerita begini bikin adik-adik kita jadi cepat paham sih. Karena bercerita begini bikin adik-adik merasa enjoy. Nggak merasa belajar. HEhehe
ReplyDeleteIya, Kak. Pengennya adik-adik bisa enjoy mengakrabi pelajaran yang kadanh terasa sulit.
Deletekeren kak, langsung ingat cerita di bobo waktu kecil, percis banget 😍 menyenangkan emang ya cerita anak-anak.. selamat kak
ReplyDeleteMakasi, Mbak.
DeleteMetode yang menyenangkan sekali untuk mempelajari matematika melalui cerita seperti ini mbak. Lebih cepat untuk dipahami. Haturnuhun sharingnya ..
ReplyDeleteSama-sama, Mbak. Semoga dari yang sederhana bisa dimengerti untuk mengerjakan yang lebih sulit.
DeleteIni tulisan matematika terkeren yang saya baca. Secara belajar berhitung jadi sangat mudah dan menarik. Jadi lebih paham juga tanpa pusing dengan angka
ReplyDeleteMakasi, Mbak...
ReplyDelete