-Perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan antara dua besaran dimana ketika satu variabel bertambah, maka variabel lainnya akan berkurang. Atau sebaliknya.-
Hari ini, Mak Hwa dan keluarganya merayakan Tahun Baru Imlek. Semua sanak saudara berdatangan, karena Mak Hwa termasuk yang dituakan di keluarga besarnya. Ramai sekali di rumah Mak Hwa. Semua berpakaian serba merah. Ada meja berisi makanan dan minuman untuk mendoakan para leluhur, ada sekeranjang uang-uangan kertas yang nantinya akan dibakar untuk sembahyang. Rumah tampak meriah dengan dekorasi pernak-pernik khas Imlek yang bernuansa merah dan keemasan. Ada juga petasan renteng dan kembang api yang akan segera dinyalakan. Dan yang tidak kalah seru, biasanya di depan rumah Mak Hwa akan dilewati rombongan barongsai yang akan memberi pentunjukan menarik.
Setelah semua berkumpul, anak, menantu, cucu dan cicit Mak Hwa saling memberikan salam. Dan yang biasanya paling ditunggu adalah bagi-bagi angpau. Semua senang dan bergembira, saling mendoakan supaya tahun di depan menjadi tahun yang berlimpah berkat dan kemakmuran. Semua sejahtera dan diberi kesehatan.
A Lin dan Chun-chun sedang menunggu rombongan barongsai, ketika Mak Hwa memanggil dari dalam rumah. “Lin, Chun, sini sebentar!”
A Lin dan Chun-chun bergegas menghampiri Mak Hwa. “Ada apa, Mak?”
“Emak minta tolong, buah jeruk mandarin ini dibagi sama rata, kemudian diantarkan ke tetangga sekitar rumah, ya! Ada enam keluarga, tiap keluarga mendapat satu bingkisan yang berisi dua belas jeruk,” kata Mak Hwa sambil memberikan kotak-kotak kardus kosong untuk diisi jeruk mandarin.
“Siap, Mak. Emak duduk santai saja, biar A Lin dan Chun-chun yang mengerjakan ini,” jawab A Lin sambil menggandeng Mak Hwa ke kursi goyangnya.
Tiba-tiba Ko Sam mendekati Mak Hwa, kemudian berkata, “Mah, ada dua keluarga pindahan baru di ujung jalan. Sebaiknya kita beri bingkisan juga, sebagai tanda perkenalan.”
“Oiya, tapi sudah terlalu siang untuk berbelanja jeruk lagi. Bagaimana, ini?” Mak Hwa kebingungan.
“Kita bagi ulang saja, Mak. Jumlah jeruk yang tadinya akan dibagi untuk enam keluarga, jadi dibagi rata untuk delapan keluarga,” usul Chun-chun.
“Ide bagus, Chun,” kata Ko Sam. “Nanti bisa kita tambahkan kue keranjang yang dibawa Ik Yan,” lanjutnya yang disambut senyum dan anggukan Mak Hwa tanda setuju.
“Jadi berapa jumlah masing-masing jeruk untuk delapan keluarga?” A Lin agak kebingungan membaginya.
“Kita bisa menghitung pakai perbandingan berbalik nilai, Lin!” kata Chun-chun.
“Apa itu perbandingan berbalik nilai?” tanya A Lin.
“Perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan antara dua besaran dimana ketika satu variabel bertambah, maka variabel lainnya akan berkurang. Atau sebaliknya,” jelas Chun-chun.
“Jadi kalau di kasus jeruk mandarin ini:
6 keluarga ➞ 12 jeruk
8 keluarga ➞ n jeruk
Variabel keluarga bertambah dari 6 menjadi 8, seharusnya variabel jeruk berkurang dari 12 menjadi lebih sedikit. Artinya nilai n lebih kecil dari 12,” lanjut Chun-chun.
“Oooke, sudah ngerti, nih tentang perbandingan berbalik nilai. Lalu cara menghitungnya bagaimana?” tanya A Lin.
“Begini caranya:
6 x 12 = 8 x n
72 = 8 x n
n = 72/8
n = 9
Jadi jika dibagi delapan keluarga, masing-masing keluarga sekarang mendapat sembilan buah jeruk mandarin,” jawab Chun-chun.
A Lin mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
“Wah, cucu-cucu Emak pinter semua, ya!” kata Mak Hwa dari balik kursi goyangnya.
“Nah, sekarang buruan dibagi, lalu dimasukkan ke dalam kotak. Nanti biar Ko Sam yang antarkan ke para tetangga. Kalian duduk manis di depan rumah saja, menonton pertunjukan barongsai,” kata Ko Sam.
“Siap, Ko! Ayo Chun, kita segera bagi. Itu suara genderangnya sudah mulai terdengar,” kata A Lin yang dengan cekatan langsung memasuk-masukkan jeruk ke dalam kotak kardus.
Sementara tak jauh dari rumah Mak Hwa, rombongan barongsai sudah menari-nari cantik memamerkan surai lembutnya sambil mengedip-ngedipkan bulu matanya yang lentik.
**SELESAI**
Selamat Tahun Baru Imlek 2022, untuk semua yang merayakan, ya…
Ceritanya menarik mba. Saya jadi lebih paham tentang perbandingan terbalik.
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak.. 🙏🏽
Deletebagus nih ceritanya, bisa aku pake buat diceritain ke anak sekalian belajar berhitung, juga mengenal budaya china nih
ReplyDeleteSilahkan, Mbak. Terima kasih sudah singgah.. 🙏🏽
Deletega tau lagi si kak, ada saja idenya untuk menjelaskan matematika dengan cara semenarik ini
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak.. 🙏🏽
DeleteBisa ya ternyata menjelaskan matematika dengan bercerita. Menurut saya dibutuhkan kreativitas yang tinggi dan kesabaran juga. Menginspirasi kak...
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak.. 🙏🏽
DeleteWah. Pembaca bisa menikmati cerita sambil belajar matematika. Thx cerpennya Mbak.
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak.. 🙏🏽
DeleteBelajar matematika dengan cara menyenangkan sambil membayangkan nikmatnya jeruk mandarin :) cerita yang menarik, mba Octa.
ReplyDeleteKecut-kecut seger ya, Mbak.. 😁
DeleteTerima kasih sudah singgah.. 🙏🏽
tulisan mba octa gambaran bahwa matematika itu menyenangkan apalagi dipelajari melalui sebuah cerita. kereeeennn
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak.. 🙏🏽
DeleteHuwaaa....selalunya kereeen,....belajar matematika dengan Mba octa membuat Matematika berasaaaa lebih mudah, ala-ala pa Ridwan nih ngomongnya, hihi. Thankyou Mba Octa...
ReplyDeleteWkwk.. Pak Ridwan.. Anak-anak sempat disuruh nonton Pak Ridwan juga, tapi cuma beberapa minggu. Dan yang diingat, ya ngomongnya itu.. 😁
DeleteSeru ya kak. Belajar sambil bermain. Jadi tidak membosankan. Hehhee kereen
DeleteTerima kasih, Mbak. 🙏🏽
DeleteMbak Octa, selalu menarik nih membuat ceritanya, ga terasa digurui, pembacanya pasti senang, suka deh
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak. 🙏🏽
DeleteWah, soal yang sering muncul di tes, Mba. Ternyata bisa dipahami dengan se have fun ini. Makasih, Mba Octa.
ReplyDelete