Malam Tirakatan adalah tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut HUT kemerdekaan yang dilakukan dengan berkumpul di masing-masing RT, RW, atau desa pada 16 Agustus malam. Pada malam tirakatan, para warga menggelar doa dan renungan bersama untuk mengingat perjalanan panjang dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI. Selain itu, masyarakat juga memohon keselamatan, keberkahan, dan kemajuan bagi bangsa Indonesia. Biasanya, malam tirakatan juga diisi dengan sambutan dan wejangan dari para sesepuh atau tokoh setempat, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama.
Sebentar lagi Tujuhbelasan. Di Kampung Ara sudah banyak perlombaan
diadakan sejak awal bulan Agustus lalu. Dari mulai lomba makan kerupuk, tarik
tambang, memasukkan pensil ke dalam botol, membawa kelereng dengan sendok,
balap karung, dan masih banyak lomba-lomba lainnya yang sangat seru dan
menyenangkan. Ara tentu saja dengan semangat empat lima mengikuti hampir semua
lomba yang diadakan untuk anak seumurannya. Kalah menang tidak jadi soal, yang
penting senang.
Ara baru saja selesai membantu Kak Ria membungkus hadiah ketika
dilihatnya Bi Ijah sedang mengeluarkan piring dan gelas dari dalam lemari.
“Mau untuk apa, Bi?” tanya Ara.
“Eh, Neng Ara. Ini mau dipakai untuk acara Malam Tirakatan besok Sabtu, tapi
kok sepertinya masih kurang, jadi harus menyewa,” kata Bi Ijah.
“Sewanya di tempat Pak Maman di depan gang itu kan, Bi. Mau Ara bantu
pesankan ke sana?”
“Wah, dengan senang hati. Kebetulan Bibi masih harus menyiapkan makanan
kecil untuk panitia lomba,” sahut Bi Ijah senang.
“Perkiraan tamu tirakatan ada 100 orang. Karena sudah ada 20 piring dan
35 gelas, jadi kita hanya perlu menyewa 80 piring dan 65 gelas saja.” Bi ijah
memberikan selembar uang seratus ribuan kepada Ara. “Jangan lupa minta nota ya,
Neng.”
Tak berapa lama kemudian, Ara sudah kembali dengan selembar nota
bertuliskan ‘80 piring + 65 gelas = Rp56.250’, dan uang kembalian Rp43.750.
“Ini Bi, sisa uangnya.” Ara memberikan uang kembaliannya kepada Bi Ijah.
“Ternyata kurang, Neng. Baru saja Bu RT mengabari kalau perlu ditambah
masing-masing 20 piring dan 20 gelas lagi.” Bi Ijah berkata sambil masih sibuk
membuat minum.
“Nggak apa Ara balik lagi, Bi. Dekat, kok,” sahut Ara yang disambut
ucapan terima kasih Bi Ijah.
Tak sampai lima belas menit, Ara sudah kembali lagi dengan selembar nota
bertuliskan ‘20 piring + 20 gelas = Rp15.000’.
Ara menyerahkan nota kepada Bi Ijah. “Oiya, harga sewa 1 piring dan 1
gelas berapa ya, Neng?” tiba-tiba Bi Ijah bertanya.
“Wah, kok Ara tadi lupa tanya ya, Bi. Tapi bisa Ara hitungkan dari nota
yang sudah ada,” jelas Ara.
“Jadi, harga sewa 1 piring Rp500 dan harga sewa 1 gelas Rp250.”
Bi Ijah manggut-manggut mendengar penjelasan Ara. “Bisa dihitung begitu
ya, Neng. Pinter bener,” goda Bi Ijah. “Baiklah, nanti biar kalau ada tambahan
lagi bisa langsung dihitung anggarannya. Makasi ya, Neng.”
Ara tersenyum senang. Senang bisa membantu, senang juga belajar
matematika. ^^
***SELESAI***
No comments:
Post a Comment